Senin, 13 Mei 2013

fanfiction :: "You are a Song in My Heart" *3


"Terimakasih, silakan menikmati..." ucap Qian ramah kepada seorang pelanggan yang datang ke Handel & Gretel, tempat ia bekerja. Senyum tak pernah luput dari wajah cantiknya.
"Eoni..." panggilan seseorang membuatnya menoleh.
"Ada apa Sooyoung-chan?" tanyanya kepada sahabat yang sudah ia anggap sebagai adik perempuannya yang juga bekerja disini. Ya meski orangtuanya konglomerat yang berlimpah materi, gadis manis itu tak ingin manja. Memanfaatkan hobinya menjadi salah satu koki di cafe ini cukup membuatnya percaya diri dan yakin bahwa ia bukan seorang putri manja tak berguna. Meski ia sendiri sebenarnya bisa membangun sebuah restoran mewah atau cafe lebih istimewa dari tempatnya mencari pengalaman saat ini, Handel & Gretel.
"Kau tak merasa curiga dengan orang itu?" tanya Sooyoung sambil melirik ke arah sudut cafe dekat jendela dengan view pohon birch. Pakaiannya sangat mencurigakan karena pria itu mengenakan pakaian musim gugur berwarna gelap ditambah kacamata hitam dan lilitan syal yang menutupi sebagian wajahnya. Mencurigakan baginya.

"Kau pikir dia memperhatikanku?"
"Eoni tak sadar jika sedari tadi ia hanya duduk dan mengarahkan posisi tubuhnya ke arah eoni? Dan dia tak memesan apapun..."
"Mungkin dia sedang menunggu orang, Sooyoung-chan..."
"Ckckck, mencurigakan." desis Sooyoung sambil melipat kedua tangannya di dada dan menjamkan kedua matanya. Memperhatikan sosok pria yang kini tengah menghubungi seseorang mungkin, karena ia tengah berbicara dengan ponselnya. Entah nyata atau tindakan salah tingkahnya setelah tertangkap basah bertingkah mencurigakan.
Ting...
Pintu cafe terbuka. Seorang gadis manis muncul dan berjalan ke arah pria misterius tadi. Mereka berbisik sebentar sebelum tersenyum. Entah membicarakan hal apa.
"Dia sedang menunggu gadis itu Sooyoung-chan. Kecurigaanmu terbukti salah..." ucap Qian sambil mengarahkan tubuh ke arah Sooyoung. Ia turut melipat kedua tangannya seperti gadis itu sembari tersenyum mengejek membuat Sooyoung mendengus kesal dan ia tertawa ringan.
Ia segera menjauh dari Sooyoung saat gadis yang baru saja datang itu melangkah ke arahnya. Sooyoung segera melangkah ke dapurnya.
"Selamat sore nona. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Qian ramah.
"Aku pesan dua cheesecake dan dua caramel macchiato." ucap gadis itu sambil tersenyum.
"Dua cheesecake dan caramel macchiato. Ada lagi?" sahut Qian.
"Tidak, terimakasih..."
"Baiklah, tunggu sebentar nona..." ucapnya masih dengan nada ramah. Gadis itu menyahutinya dengan selintas senyuman manis.
"Dua cheesecake dan caramel macchiato..." teriak Qian ke arah dapur.
Lima menit kemudian ia menyerahkan nampan dengan pesanan lengkap yang sudah tertata di atasnya pada gadis itu.
"Semua 3.000 won, nona..." ucapnya. Gadis itu menyerahkan selembar uang dan Qian memberikan kembaliannya beserta bon.
"Terimakasih..." ucap gadis itu ramah.
"Terimakasih kembali nona. Selamat sore dan selamat menikmati..." sahut Qian dengan senyum manisnya. Gadis itu pun berlalu dari hadapannya.
Ia melirik ke arah jam dinding. Masih pukul 16.00 KST, itu berarti jam tugasnya masih tersisa tiga jam sebelum ia pulang ke apartemen Sooyoung dan mengemas barang-barangnya lalu pergi ke rumah sewanya yang baru. Tak terasa sudah sebulan ia pergi menghilang dari kehidupan keluarga Cho. Tak peduli cerita-cerita Sooyoung tentang Kyuhyun yang selalu membuntuti gadis itu untuk mencari keberadaannya.
Ia menghela nafas tanda lelah. Pelanggan yang datang hari ini banyak sekali.
"Lelah eoni?" tanya seseorang. Ia tersenyum dan mengangguk. Sooyoung melemparkan sebotol jus jeruk kemasan ke arahnya. "Minumlah dulu..." tambah gadis itu sebelum meneguk botol jus miliknya. Qian menanggapinya dengan senyum. Dibukanya tutup botol itu dan meneguk isinya.
Ting...
Bel berbunyi saat pintu cafe terbuka.
"Nunaaaa....." teriak seseorang sambil berlari ke arah Qian.
Gadis itu mematung saat tubuhnya direngkuh ke dalam pelukan Kyuhyun. Sooyoung tersenyum miris melihatnya. Kyuhyun sudah menemukan hatinya yang sempat hilang, batinnya. Ia melangkah gontai ke arah dapur. Melihat keadaan itu sungguh membuat udara di sekitarnya seakan menghilang, atau benar-benar menghilang. Karena ia merasakan sesak dan gerah.
"Kyu, lepas..." ucap Qian datar. Kyuhyun tercengang. Ia melepas Qian dari dekapannya yang ia akui terlalu erat.
"Nuna, kau kemana saja? Aku mencarimu selama ini. Tapi kehilanganmu bentrok dengan ujianku sehingga aku tak bisa terlalu fokus untuk mencarimu. Aku harus segera lulus bukan? Ibu sangat mengkhawatirkanmu. Dan si bodoh Sooyoung itu tak memberitahuku jika nuna sudah kembali bekerja.." jelas Kyuhyun panjang lebar. Qian hanya tersenyum tipis.
"Aku masih ada shift tiga jam lagi. Kau tunggu dulu saja." ucap Qian acuh. Kyuhyun mengernyitkan dahi. Bingung dengan perubahan sikap Qian yang tiba-tiba. Apa perempuan ini sedang mengalami siklus bulanan? Batinnya.
"Kau kenapa nuna?" tanya Kyuhyun. Qian mengarahkan tatapannya ke arah Kyuhyun. Ia menghela nafas.
"Aku masih ada shift tiga jam lagi. Jika ada yang ingin kau bicarakan, kau bisa menungguku hinga jam kerjaku habis. Jika tidak, silakan pergi..." ucap Qian jauh dari jawaban atas pertanyaan yang Kyuhyun ajukan. Pemuda itu terdiam. Ia rasa Qian benar-benar sedang mengalami siklus bulanan seorang wanita normal sehingga perasaanya sensitif seperti itu. Ia mengendikkan bahu.
"Aku menunggu di meja nomor sembilan. Jika nuna sudah selesa bekerja, hampiri aku ya..." ucap Kyuhyun riang seperti biasa. Tak ia ambil pusing sikap Qian yang aneh. Dengan langkah ringan ia berjalan menuju meja paling pojok, lalu menghempaskan dirinya di kursi empuk itu. Dikeluarkannya MP3 player dan handsfree-nya. Memutar lagu kesukaannya. Stand By Me dari SHINee.
Qian menatap sendu ke arah bocah itu. Kenapa kau bersikap seolah tak terjadi apa-apa padaku, Kyuhyun-ah? Batinnya lirih.
"Qian nuna, Sooyoung dimana?" Pertanyaan seseorang menariknya ke alan sadar. Dengan refleks ia menoleh.
"Changmin.." desisnya.
"Ya, ini aku. Dimana Sooyoung-chan?" tanya pemuda jangkung yang berdiri tak jauh darinya.
"Kau pikir selain di dapur, dimana si putri makan itu berada?" jawab Qian. Changmin mencibir. "Ah iya jam kerjamu masih tiga jam lagi, Choikang si pegawai rajin..." olok Qian kemudian membuat Changmin merenggut kesal dan membuatnya tertawa lebar sehingga Kyuhyun menoleh ke arahnya dengan tatapan menyiratkan kebingungan.
"Aku ke dapur dulu, nona Song..." ucap Changmin kemudian sambil menekankan marga Qian. Gadis itu mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum.

**

"Soo...." panggilnya saat mendapati gadis kesayangannya itu menatap kosong ke arah wajan. Ia tahu, ada sesuatu yang membuat gadis itu tersakiti.
"Ah, kau sudah datang? Kau bertugas pukul 19.00 Choikang, bukan pukul 16.00...." sahut Sooyoung dengan nada semangat seperti biasa. Dan Changmin tahu, itu hanya akal-akalan gadis itu agar ia tak curiga.
"Kau kenapa?" tanyanya. Sooyoung mengernyitkan dahi.
"Aku kenapa?" Ia menunjuk batang hidungnya sendiri.
"Aku tahu ada sesuatu terjadi padamu, nona Choi." ucap Changmin. Sooyoung terdiam. Kenapa Changmin terlalu memahami dirinya?
"Tiga vanilla latte dan empat strawberry roll..." teriak Qian dari luar memecah kecanggungan di antara mereka.
"Ada pesanan..." ucap Sooyoung sambil hendak berjalan menjauhi Changmin.
"Selesai bekerja kau harus menceritakan apa yang terjadi padamu." ucap Channgmin. Sooyoung mendengarnya. Namun ia mengabaikannya. Sudah cukup ia menyakiti hati Changmin dengan pura-pura acuh atas sinyal-sinyal cinta Changmin yang ditujukan padanya. Ia tak mau membuat Changmin terluka dengan kejujurannya.

**

"Hey bodoh! Banguuuunnnn!!!" ucap Changmin sambil berkacak pinggang di hadapan Kyuhyun yang tengah tertidur pulas di salah satu bangku cafe tempatnya kerja. Pemuda itu menggeliat sebentar lalu mencari posisi nyaman untuk melanjutkan petualangannya di alam bawah sadar.
"Ck, Cho Kyuhyun, bangunlah. Cafe sudah tutup dan aku harus segera tutup." gerutu Changmin kesal. Ia menggebrak meja membuat Kyuhyun terkejut meski akhirnya bangun dari hibernasinya di tengah cafe saat musim gugur. Pemuda itu mengucek matanya supaya penglihatannya jernih.
"Berisik bodoh!" ucap Kyuhyun sambil mengumpulkan kesadarannya.
"Kau yang bodoh! Cepat keluar dari cafe ini dan pulang." ucap Changmin.
"Sekarang pukul berapa?" tanyanya sambil menguap.
"Sudah lewat dari tengah malam dan Qian nunamu sudah pulang sejak pukul 19.00 tadi." Changmin menjelaskan dengan ketus membuat Kyuhyun terkesiap. Bukan karena nada bicaranya. Melainkan apa yang dibicarakannya.
"Ah sialan! Aku ketinggalan jejak nuna lagi." umpatnya kesal. Ia melirik sinis ke arah Changmin. "Kenapa kau tak membangunkanku?" tanyanya.
Changmin terkekeh pelan. Ia melipat tangannya di dada.
"Nunamu melarangku membangunkanmu. Dan Qian nuna juga bilang agar kau tak usah mencarinya lagi. Cepat pulang dan tidur, tuan Cho..." jawab Changmin ditambah penjelasan dan usiran. Kyuhyun mendengus. Ia mengambil ranselnya dan segera berlalu dari cafe itu meninggalkan Changmin.
"YAA! Bersihkan dulu ilermu di meja!" teriak Changmin kemudian ke arah Kyuhyun yang tanpa dosa melangkah ringan sambil bersiul saat melihat sesuatu membasahi mejanya.

**

"Eonni akan pergi dari sini?" tanya Sooyoung lesu sambil menatap Qian yang terngah memasukkan barang-barangnya.
Qian menoleh.
"Iya Sooyoungie. Aku sudah terlalu merepotkanmu." jawab Qian sambil tersenyum ke arah Sooyoung.
"Aku senang tinggal disini dengan eonni..." ucap Sooyoung seolah mencoba mengurungkan niat Qian untuk pergi dari apartemennya.
"Aku tak enak pada orangtuamu Sooyoung. Orangtuamu membelikanmu apartemen mewah disini agar kau bisa dekat ke tempat kerjamu dan kampusmu. Jadi aku tak enak jika harus menumpang disini." ucap Qian sambil terkekeh pelan.
"Ck, eonni. Ayah dan ibuku juga tak mempermasalahkan hal itu. Mereka senang karena ada kau yang bisa memantau kegiatanku." ucap Sooyoung.
"Aku percaya padamu kalau kau tak akan berbuat hal aneh. Kau gadis manis yang baik. Lagipula rumah sewaku tak jauh dari sini. Tinggal berjalan sedikit. Aku akan sering berkunjung kesini."
"Janji?" tanya Sooyoung. Qian tersenyum. Ia mengacungkan kelingkingnya. Sooyoung tersenyum dan menautkan kelingking mereka.
"Kalau begitu aku pergi dulu, oke?" ucap Qian. Sooyoung mengangguk.
Gadis berambut coklat itu pun keluar dari apartemen Sooyoung.

**

Changmin, pemuda itu berdiri beberapa meter di hadapan gedung apartemen. Ia mendongakkan kepalanya. Melihat salah satu ke arah jendela yang terdapat di bangunan itu. Lampunya masih menyala menandakan sang penghuni masih terjaga. Ia menghela nafas panjang. Lalu menghembuskannya sehingga menciptakan uap putih yang keluar dari mulut dan lubang hidungnya.
Ia mendesah kecewa saat beberapa menit kemudian lampu yang bersinar di dalam ruangan yang tak terlihat olehnya mati. Menjadikan jendela tertutup tirai itu terlihat hitam. Pasti pemiliknya sudah memutuskan untuk tidur. Mengingat waktu sudah hampir dini hari. Ia tersenyum tipis.
"Selamat tidur. Mimpi indah, Soo..." bisiknya lembut. Seolah gadis pujaannya yang berada di kamar aprtemen itu akan mendengarnya.
Ia memasukkan kedua tangannya ke saku mantel. Mengingat hawa musim gugur yang semakin menusuk dan membuatnya seolah akan membeku. Ia mulai melangkah. Berjalan menuju rumahnya. Pulang...

~tobecontinue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar