Senin, 13 Mei 2013

fanfiction :: "You are a Song in My Heart" *2


Qian duduk di kursinya. Perlahan menyuapkan nasi dengan potongan tofu ke dalam mulutnya. Ia harus mati-matian menahan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya hanya karena sosok "Tuan Muda" di hadapannya. Pemuda yang semalam membantunya saat ia pingsan dan membawa dirinya ke dalam kediaman mewah ini.
Ia yakin pemuda itu adalah kepingan puzzle masalalunya. Terlihat jelas dari wajahnya yang tak berubah, cara makannya yang masih persis seperti dulu, style-nya yang rapi atau lebih tepat disebut formal. Tak ada yang berubah dari sosok itu. Kecuali sikapnya yang dingin. Ya, dingin... Karena Zhoumi yang ia kenal adalah sosok yang ramah dan jahil. Selalu berbuat semaunya dan ekspresif.
"Lukamu sudah kau obati?" tanya sosok itu memecah hening di antara mereka. Qian tergagap saat tiba-tiba Zhoumi menatapnya.

"S...sudah, Tuan Muda..." jawabnya terbata. Pemuda itu mengangguk.
Qian menatapnya lekat. Benar-benar Zhoumi yang mempersilakan semua orang memanggilnya Tuan Muda.
Kecuali orangtua dan kekasihnya. Tapi apakah kini Zhoumi memiliki kekasih?
"Tuan Muda, terimakasih telah menyelamatkan saya..." ucap Qian. Entah darimana ia mendapat kekuatan untuk membuka suara. Sosok itu menatapnya.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Semua orang akan melakukan hal itu, Victoria..." ucapnya.
"Victoria?" Qian mengernyitkan alis.
"Aku tak tahu siapa namamu. Jadi aku memanggilmu Victoria agar pelayanku tak mencurigai siapa kau. Aku tak mau bermasalah dengan orangtuaku..." terangnya.
Qian membisu. Jadi pemuda ini tak mengenalnya? Ya Tuhan, apa dia sudah melupakanku? Batin Qian bertanya-tanya.
"Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang." tanya Zhoumi membuyarkan lamunan Qian.
"Kau tidak perlu mengantarku ke rumah. Cukup sampai ke halte bus." jawab Qian pelan. Ia memang tak berniat pulang ke rumah bibi Cho. Ia akan tinggal dulu di rumah Sooyoung, sahabatnya. Lalu menunggu bulan depan untuk menyewa rumah. Ia hanya membawa uang pas di sakunya.
"Sebenarnya lukamu itu kenapa?" tanya Zhoumi kemudian. Qian terdiam. Zhoumi peduli terhadap keadaannya yang notabene tak diketahuinya sebagai Song Qian? "Tak apa jika kau tak mau menceritakannya..." tambah Zhoumi kemudian.
"Eh, luka ini, dipukul oleh pria..." jawab Qian kemudian. Mendengar suara Zhoumi sudah membuatnya senang. Ia tak boleh menyia-nyiakannya.
"Ayahmu?" Qian menggeleng.
"Bibiku menjualku ke lelaki di kasino. Kurasa kau tahu apa maksudku. Dan saat aku berusaha kabur, lelaki itu memukuliku. Meski akhirnya aku berhasil pergi..." terang Qian. Zhoumi mengangguk.
Mereka kembali diam diselimuti atmosfir hening yang sesungguhnya membuat mereka sendiri merasa tak nyaman.

**

Liu Xiao...
Wanita paruh baya itu menhela nafas panjang. Ia memijat pelan pelipisnya. Tatapannya mengarah pada pohon-pohon maple yang tumbuh di sepanjang jalan.
Hatinya gundah memikirkan dimana putri kesayangannya berada.
Ini semua salahnya. Ia yang meminta Hana menyuruh putri tunggalnya untuk ke tempat yang telah ia janjikan. Namun ia pula yang mengingkari. Bahkan ia membuat Hana, sahabatnya yang selama ini mengurus putrinya itu menangis karena cemas. Bahkan Hana menyalakan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Qian.
Ia memejamkan matanya. Mungkin ini semua salahnya. Meninggalkan putrinya bersama sahabatnya di Guangzhou, dan saat ia mengambil putrinya, kenapa takdir seolah melarangnya? Apa ini hukuman dari Tuhan untuknya karena ia mengabaikan anugerah itu? Entahlah, ia terlalu lelah memikirkan ini. Semua yang ia lakukan di masalalunya hanya untuk kebahagiaan putri dan putranya.
Mobil mewah yang ia tumpangi masih melaju di jalan yang lengang. Bergerak menuju mansion kediaman putra kesayangannya.

**

"Bodoh! Kenapa kau mabuk?" gerutu Sooyoung sambil memapah Kyuhyun. Pukul 15.49 KST, ia baru selesai bekerja dan mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Memberi tahu bahwa seorang pemuda bernama Cho Kyuhyun mabuk berat di kawasan Gangnam.
"Bartender bodoh! Kenapa yang ia hubungi malah aku? Dan kau Cho Kyuhyun? Kenapa kau selalu membuatku susah? Kau tuan sok pintar, sok kaya, mabuk di daerah Gangnam dan membuatku membayar semua bill minumanmu yang harganya selangit. Yeah, aku tahu kau--"
"Soo, Qiannie dimana? Aku merindukannya." racau Kyuhyun membuat ucapan Sooyoung terhenti.
"Bahkan disaat mabuk pun kau masih menyakitiku Cho Kyuhyun! Maumu apa?" teriak Sooyoung. Tanpa ia sadari ia menangis.
"Kenapa di hatimu hanya ada Qian eoni? Kenapa dalam pandanganmu hanya ada Qian eoni? Apa aku terlalu buram untuk muncul dalam penglihatanmu? Dalam jarak pandangmu? Apa aku terlalu buruk untuk sekedar muncul di pikiranmu? Cho Kyuhyun, kenapa aku harus merasa sakit ketika kau menyebut nama Qian eoni? Dia kakakmu, dan dia sahabatku. Aku menyukaimu, dan kau malah menyukainya. Cho Kyuhyun, jawab aku!" ucap Sooyoung pelan sambil memapah Kyuhyun yang berjalan terhuyung akibat pengaruh alkohol di tubuhnya.

**

Zhoumi menepikan mobilnya di seberang halte bus. Qian menatap pemuda itu intens. Seolah menyalurkan rindunya yang sudah lama melihat sosok pengisi relung hatinya.
"Terimakasih..." ucap Qian pelan.
"Ini sudah seharusnya." sahut Zhoumi.
Qian bingung. Ia tak tahu hal yang menyebabkan sikap Zhoumi berubah.
"Aku senang melihatmu baik-baik saja setelah lima tahun kita tak bertemu. Jaga kesehatanmu, Mi..." ucap Qian lirih. Zhoumi diam. Ia tersentak mendengar ucapan gadis di sampingnya.
"Aku pamit. Terimakasih atas bantuanmu..." tambah Qian kemudian sambil membuka pintu mobil dan keluar. Ia membungkukkan tubuhnya dan berbalik kemudian menyeberang menuju halte.
Zhoumi mengambil ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.
"Selidiki gadis yang kemarin kutolong..." ucapnya singkat hanya memberi perintah.
Tut... Tut... Tut...
Ia memutuskan sambungan lalu menoleh ke arah halte. Bisa ia lihat Qian memasuki bus dan tak lama kemudian kendaraan itu berjalan menuju halte selanjutnya.
Ia baru sadar jika gadis itu adalah Song Qian. Dan ia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa gadis itu Qian. Tapi kenapa gadis itu tak menyapanya seriang dulu? Sungkan ataukah membencinya karena ia menghilang lima tahun lalu.
"Akh!"

**

Ddok... Ddok... Ddok...
"Iya tunggu sebentar..." sahut Sooyoung saat ia mendengar pintu apartemennya diketuk. Ia melangkah untuk membuka pintu. Bahunya agak sakit setelah memapah Kyuhyun yang tadi siang mabuk seenak dirinya. Membuatnya kesusahan. Dan ia juga kesal pada bartender tak dikenal yang menghubunginya untuk menjemput Cho Kyuhyun dan membayar bill-nya.
Ia terkejut saat pintu apartemennya terbuka.
"Eoni!!!" pekiknya dengan suara nyaringnya. Sosok itu hanya tersenyum tipis.
"Ya Tuhaaaaannnnn.... Wajahmu kenapa babak belur seperti ini?" ucapnya sambil membelalakan matanya.
"Kau tak menyuruhku masuk?" tanya Qian. Sooyoung menepuk dahinya yang tak terhalang poni.
"Aku lupa. Ayo eoni masuk." ajaknya sambil memapah Sooyoung. Ia menutup pintu dan membawa Qian ke ruang tamunya. Gadis yang ia panggil eoni itu terlihat pucat dengan bekas kebiruan di wajah cantiknya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kesini? Bukan pulang ke rumah Kyuhyun. Dia merindukanmu. Bahkan tadi dia mabuk dan meracau." ucap Sooyoung panjang lebar. Qian tersenyum.
"Apa aku boleh tinggal disini hingga bulan depan? Kumohon..." ucap Qian pada intinya. Mengabaikan ucapan Sooyoung sebelumnya.
Sooyoung. Putri pemilik Hyundai Departement Store itu mengernyitkan alisnya. Sehingga bulu yang tertata indah di atas mata bulatnya itu tertaut.
"Apa masalahmu dengan keluarga bibi Cho? Atau dengan Kyuhyun...." ucapnya. Qian hanya mendesah pelan sebelum senyum tipis terukir di wajahnya.
"Aku belum bisa menceritakannya Soo." sahut Qian. Sooyoung mengangguk pelan. Perasaanya mengatakan terjadi kesalahpahaman besar antara Song Qian dan keluarga Cho Kyuhyun.
"Ah iya, aku buatkan minuman dulu untuk eoni. Sebentar ya..." sahutnya riang seperti biasa. Ia tak ingin membebani Qian dengan rasa penasarannya. Toh jika sudah waktunya, gadis barbie yang duduk di hadapannya itu akan menceritakan kejadian rinci yang ia alami. Ia pun beranjak ke dapur meninggalkan Qian yang tengah termenung sendiri. Menatap kosong lantai yang ditutupi karpet beludru berwarna merah marun.
"Victoria..." gumamnya pelan. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Membentuk seulas senyum yang tercetak jelas di wajah cantiknya.

~tobecontinue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar