Rabu, 15 Mei 2013

Season Series :: "RAIN"


Cast : Nam Ahrin, Zhoumi, Hangeng
Rating : General
Gendre : Romance, Sad
Disclaimer : Kudunya yang di post tuh yang Spring dulu. Terus Summer. Terus Rain. Terus Autumn. Terus Winter. Terus Rainbow. Terus aku dan Kyuhyun selamanya xD *Gubrak, readers kabur.
Tapi no problem lah. Kan samasama bagus xD cekidot. Jangan lupa di kritik ne. Yang kasi kritik aku doain nonton Ss5 terus dicium bias di idung xD


>kyumelf

"Zhoumi, apa kau tahu kenapa Tuhan menciptakanku?" tanya gadis itu pelan. Pemuda itu menyunggingkan senyumnya menatap sang gadis.
"Karena Tuhan tahu, dunia ini tak lengkap tanpamu Ahrin..." jawab Zhoumi.
"Apakah ada orang yang akan menganggapku sebagai dunianya?" tanyanya lagi. Masih dengan suara pelan.
"Tentu saja. Bagiku kau adalah duniaku. Orang yang bisa membuatku cemas jika tak ada kabar darimu. Orang yang bisa membuat waktuku terhenti hanya jika terus menerus memikirkanmu. Kau adalah malaikatku." ucap Zhoumi.
"Andai Hangeng yang mengucapkan hal itu..." ucap Ahrin lesu. Zhoumi menggenggam tangan gadis itu.
"Sebenarnya Hangeng pasti ingin mengucapkan hal itu. Hanya saja ia terlalu sibuk. Kau tahu kan ia seorang pengusaha. Bersabarlah menghadapinya."
"Tidak, kurasa bukan karena hal itu. Melainkan ia ingin menghindari gadis buta sepertiku." ucap Ahrin. Ia tertawa sumbang. Zhoumi menatap gadis itu dengan tatapan sendu.
"Mungkin kau buta, Ahrin. Tapi Hangeng memang mencintaimu." ucap Zhoumi.
"Jangan selalu mengatakan hal yang bisa menyenangkan hatiku."
"Karena itu memang nyata."
"Aku ingin pulang." ucap Ahrin tanpa memberi respon terlebih dahulu pada perkataan Zhoumi. Ia mulai berdiri.
"Memang sebaiknya kita pulang Ahrin. Sudah mendung. Mungkin hujan akan turun." sahut Zhoumi. Ia pun berdiri dan menggenggam tangan Ahrin. Menuntun gadis itu berjalan. Menyusuri jalan di sekitar sungai Han.

***

'Ahrin, kau tahu...
Kau itu seperti hujan untukku.
Tak peduli berapa banyak orang yang mencelamu, kau tetaplah tetesan hujan.
Yang memberikan aku kehidupan.
Kesejukkan.
Kesegaran.
Dan semangat baru.
Tetaplah menjadi hujan Ahrin.
Yang selalu memberikan seamngat di tiap kehidupan yang layu...' --Hangeng.

Pemuda itu menatap kaca jendelanya yang mengembun. Beberapa bulir air membasahi bagian luar jendelanya. Hujan turun kembali. Ia melirik ke atas ranjang. Melihat Ahrin yang masih tertidur pulas di atas ranjangnya.
"Han..." panggil gadis itu lemah. Tangannya menggapai kosong di udara. Zhoumi berlari menghampirinya.
Ia meletakkan telapak tangannya di dahi Ahrin. Hangat. Demam gadis itu belum turun semenjak dua hari lalu.
"Tidak ada Han, Ahrin. Hanya ada kau dan aku disini. Aku tak tahu seperti apa sosok Han itu, kurasa ia tampan. Sama seperti apa yang selalu kau ceritakan..." ucap Zhoumi pelan. Ia mengelus rambut Ahrin. Lalu mulai berdiri hendak meninggalkan Ahrin setelah dirasanya gadis itu telah kembali terlelap. Tapi sebuah genggaman di pergelangan tangannya membuatnya menoleh. Mendapati Ahrin mencekal tangannya.
"Jangan pergi Zhoumi. Yang aku miliki hanya kau..." ucap Ahrin. Zhoumi terdiam. Menatap nanar ke arah gadis itu.
"Aku tak akan pergi Ahrin. Meskipun kau yang berlari meninggalkanku, aku tak akan pernah pergi darimu. Aku akan di sampingmu meski kau tak akan membutuhkan aku." ucap Zhoumi.
Ahrin merubah posisinya. Ia duduk di atas ranjang menghadap ke arah Zhoumi.
"Aku selalu menyusahkanmu Zhoumi. Maaf. Andai saja aku bisa melihat dunia, mungkin aku bisa melihat wajahmu." ucap Ahrin.
"Suatu hari nanti Ahrin. Ebtah di kehidupan saat ini atau di kehidupan selanjutnya, kita pasti akan bertemu. Dan kau pasti akan bisa melihat wajahku. Juga bunga-bunga indah musim semi. Matahari terbenam di musim panas. Guguran daun dari tangkainya. Eloknya Seoul diselimuti salju yang putih. Kau akan melihat itu semua, Ahrin..." ucap Zhoumi.
"Hangeng bilang, aku seperti hujan. Yang selalu memberikan harapan di kehidupan yang layu. Kurasa dia benar, aku memberi harapan pada orang lain, tapi aku sendiri tak pernah bisa untuk berharap tentang hidupku. Aku takut untuk berharap..." ucap Ahrin.
"Ya, kau seperti hujan. Indah dan menyejukkan. Memberikan kehidupan di tiap tetesnya. Hangeng benar..."
"Ya, Hangeng benar. Aku adalah hujan dan ia adalah matahari. Sulit bukan untuk bersatu? Jarang ada hujan saat matahari bersinar terik..."
"Kau tahu pengaruh El Nino? Suatu keadaan suhu permukaan air laut yang panas di wilayah Pasifik Equator bagian timur dan tengah."
"Apa pengaruhnya?"
"Hujan saat matahari bersinar terik. Jadi bukankah tidak sulit jika kau dan Hangeng bersatu?"
"Entahlah, aku pikir Hangeng sudah melupakanku." ucap Ahrin lesu. Zhoumi menggenggam tangan gadis itu.
"Kau bukanlah sosok yang mudah dilupakan Ahrin. Sulit dilupakan..." ucap Zhoumi lembut sambil mengelus lembut jemari Ahrin.
"Benarkah?" tanya Ahrin tak percaya.
"Ya," jawab Zhoumi singkat.
"Apa aku seperti itu untukmu?" tanya Ahrin lagi.
"Ya Ahrin. Aku terlalu sulit melupakanmu. Aku mencintaimu. Dan aku yakin jika kau tahu siapa aku, kau akan membenciku. Karena akulah yang menabrakmu sehingga kau kehilangan matamu untuk selamanya, sehingga kau tak bisa melihat lelaki bernama Hangeng itu lagi, sehingga kau tak bisa melihat indahnya pemandangan indah di dunia. Bahkan aku pula yang menjauhkanmu dengan Hangeng. Maaf Ahrin, aku hanya igin kau selalu berada di sampingku." batin Zhoumi.
"Zhoumi..." panggil Ahrin membuatnya tersadar dari lamunan.
"Ya, kau seperti bagiku..." ucap Zhoumi. Kau adalah orang yang baik..." ucap Ahrin sambil tersenyum. Zhoumi menatap senyum itu dengan rasa bersalah.

***

'Aku hanyalah tetesan air hujan.
Yang tercurah dari langit turun ke bumi.
Sedangkan kau adalah matahari.
Yang selamanya selalu berada di langit.
Tapi kita memiliki persamaan.
Selalu hadir sepanjang tahun, meskipun itu singkat.
Kita selalu bersama.
Kau adalah matahariku, orang yang menghangatkan dunia...
Dan hati ini.' --Ahrin.

"Ahrin..." panggil seseorang. Ia menoleh. Tapi tetap saja hanya kegelapan yang terlihat olehnya. Tak ada cahaya. Semuanya hitam gelap. Tak terlihat.
"Ya, siapa?" tanyanya ramah menyahuti panggilan itu.
"Ini aku..." jawab orang itu. Ahrin terdiam. Ia menajamkan pendengarannya. Suara itu sepertinya ia kenal. Derap langkah kaki terdengar mendekatinya. Ahrin hanya berdiri memating di tempatnya. Ia tak tahu arah.
Langkah kaki itu semakin mendekat.
"Ahrin..." panggil seseorang. Kali ini suara Zhoumi.
"Zhoumi, kau dari mana?" tanya Ahrin sambil menggapai-gapai udara.
"Maaf aku meninggalkanmu." jawab Zhoumi.
"Kau mengenal pemuda ini, Ahrin?" tanya seseorang. Suara pertama sebelum Zhoumi memanggilnya.
"Tentu, dia sahabatku, Zhoumi..." jawab Ahrin ringan.
"Bagaimana mungkin kau bersahabat dengannya? Ia yang menghilangkan penglihatanmu. Ia pula yang memisahkan kau dan aku." ucap orang itu.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Ahrin. Zhoumi hanya terdiam. Ia tahu siapa pemuda di hadapan Ahrin yang menatapnya tajam.
"Aku Hangeng, Ahrin. Apa kau melupakanku?" tanya orang itu.
Ahrin terdiam. Tenggorokannya serasa tersekat. Hangeng ada di hadapannya. Sayangnya ia tak bisa melihat pemuda itu. Tak akan pernah bisa melihat pemuda itu tepatnya.
"Han, kau disini? Aku tak bisa melihatmu." ucap Ahrin lirih. Ia menteskan air matanya.
"Iya aku disini." ucap Hangeng. Ia kembali melangkah menghampiri Ahrim.
"Kita harus pulang Ahrin." ucap Zhoumi. Ia mencekal pergelangan tangan Ahrin dan menariknya pergi.
"Zhoumi, lepas! Aku ingin bersama Han. Kumohon..." pinta Ahrin lemah.
"Maaf, aku tak bisa mengabulkan keinginanmu." ucap Zhoumi sambil terus berjalan menyeret Ahrin dan berjalan cepat menelusuri trotoar.
"Ahrin..." teriak Hangeng sambil mengejar Ahrin.
Zhoumi menyeret Ahrin menyeberang jalan. Tak peduli lampu lalu lintas yang masih berwarna hijau.
Ciiiittt....
Suara rem berdecit.
Bruukkkk....
Dua sosok itu jatuh terpelanting. Tubuh mereka bersimbah darah.
"AHRIN!" teriak Hangeng. Ia jatuh terduduk dan mulai menangis kencang saat melihat Ahrin dan Zhoumi mulai dikerubuti banyak orang.
Tessss.....
Hujan mulai turun dari awan mendung yang menggantung di langit. Menghalangi matahari untuk bersinar.

"Aku adalah awan mendung.
Yang tak bisa terpisah dari hujan.
Dan menghalangi matahari untuk bertemu hujan.
Tapi aku harap, di kehidupan berikutnya aku menjadi pelangi.
Yang hadir di antara matahari dan embun air hujan yang tersisa di udara." --Zhoumi

~fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar