Senin, 13 Mei 2013

fanfiction :: "You are a Song in My Heart" *5


Sudah melewati satu pekan.
Sooyoung tak tahu harus bagaimana membuat sikap Changmin kembali seperti dahulu. Ramah padanya. Ia menatap kosong ke arah kubis yang tengah diirisnya.
Sreeett...
"Aww..." Keteledorannya membuat jarinya tersayat pisau dapur. Tetesan darah mulai keluar. Perih. Mungkin lukanya dalam. Ia menyeka darah itu dengan celemeknya. Membuat celemek berwarna putih itu kini bernoda merah.
"Kau harus mengobatinya bodoh! Bukan menyekanya dengan celemek kotor!" ucap seseorang sambil menarik pergelangan tangannya yang lain. Menariknya menuju ruang ganti pegawai.
"Duduk..." ucapnya dingin. Sooyoung mematuhinya.

Changmin mengambil kotak P3K yang menggantung di dinding. Ia mengeluarkan kapas dan membasahinya dengan tetesan alkohol untuk membersihkan luka Sooyoung.
"Sakit..." ucapnya pelan. Changmin menengadahkan kepalanya. Membuat tatapan mereka beradu. Ia terpaku. Menatap mata basah Sooyoung yang mengeluarkan air mata.
"Lukanya dalam. Tahan sebentar." ucapnya. Sooyoung terdiam. Menggigit bibirnya menahan perih. "Jika tak diobati, nanti infeksi." ucap Changmin.
Tangis Sooyoung semakin menjadi. Bukan karena luka itu ia merasa sakit. Perih di luka itu tak sebanding dengan sakit yang ia rasa saat Changmin selalu menghindarinya, menjauh darinya, menganggapnya tak ada.
"Selesai..." ucap pemuda itu setelah selesai membalut luka di jari Sooyoung.
"Terimakasih..." ucap Sooyoung. Changmin tersenyum ke arahnya.
"Siapapun akan melakukan hal ini. Termasuk Kyuhyun..." ucap Changmin. Ia masih tetap tersenyum. Membuat sakit di hati Sooyoung semakin terasa. Ia lebih suka Changmin membentaknya daripada tersenyum menyembunyikan luka.
"Changmin..." desisnya pelan.
"Ya," sahutnya singkat.
"Aku minta maaf." Changmin berdiri dari jongkoknya. Ia membuang udara hasil respirasinya.
"Jika sedang bekerja jangan memikirkan Kyuhyun." ucapnya. Ia berjalan selangkah. Namun genggaman Sooyoung di pergelangan tangannya menyetopnya.
"Kita harus bicara, Min..." ucapnya pelan.
"Kau duduk saja disini, biar aku menggantikan pekerjaanmu. Sebentar lagi Qian nuna datang. Akan kuminta Junsu hyung mengganti tempatku sebentar." ucap Changmin mengabaikan ucapan Sooyoung. Pemuda itu melepas tangan Sooyoung dari tangannya.
Gadis itu menunduk. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Changmin berjalan meninggalkannya. Pemuda itu bukannya ingin menyakiti Sooyoung. Ia hanya tak ingin rasa cintanya pada Sooyoung membuatnya menjadi egois dan menyakiti gadis itu. Baginya cinta adalah ketulusan meski itu harus mengorbankan perasaannya yang sudah terlalu sering tersakiti.

**

Zhoumi tersenyum mengingat Qian. Tak ia pedulikan berkas-berkas yang harus ia tangani. Toh memikirkan Qian lebih menyenangkan dan membuatnya senang.
Krieettt....
Deritan pintu membuyarkan lamunannya. Ia menoleh ke ambang pintu. Melihat sang ibu tengah melipat kedua tangannya di dada sambil menggelengkan kepalanya melihat kegiatannya. Ia tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ibu, ada apa?" tanyanya kikuk.
"Bukan begitu cara menyapa yang benar nak..." ucap ibunya. Zhoumi berdiri menghampiri ibunya.
"Selamat datang bu, silakan masuk dan duduk..." ucapnya meralat kalimat sapaan yang pantas untuk ibunya. Ia menuntun ibunya untuk duduk di sofa.
"Ibu ingin minum apa? Biar aku panggilkan office girl..." tawarnya. Sang ibu tersenyum dan menggeleng.
"Melihat kau tersenyum seperti tadi sudah cukup bagi ibu..." jawab ibunya.
"Ibu melihatnya?"
"Kau terlihat sangat bahagia, Mi..." Zhoumi terkekeh malu. "Sebenarnya siapa yang kau pikirkan? Kekasihmu?" tanya ibunya kemudian.
"Ya bu. Dia bidadariku. Gadis permenku..." jawab Zhoumi.
"Gadis permen?" Ibunya mengernyitkan kening.
"Dia manis dan membuatku suka. Aku menyebutnya gadis permen." terangnya.
"Ibu jadi penasaran siapa sosok gadis itu. Gadis yang bisa mencuri hati malaikat ibu dan membuatnya berbunga-bunga."
"Dia cantik bu, hati dan fisiknya." Sang ibu tersenyum mendengar penuturan putra semata wayangnya.
"Hari ini ibu kembali ke China. Ayahmu sudah pulang dari Amerika. Satu jam lagi pesawatnya take off."
"Ibu datang untuk pamit?" tanya Zhoumi lesu. Hanya sepekan ia bersama ibunya. Itupun tak sepenuhnya bersama karena tugas kantor menuntutnya meninggalkan ibu sendiri di mansionnya ditambah Qian yang menyita pikirannya dan membuatnya penasaran jika tak melihat gadis itu sehari.
"Bulan depan ibu kembali bersama ayah. Jaga dirimu ya. Ibu harus segera pergi." ucap ibunya sambil bangkit. Zhoumi mengangguk lesu dan mengantar ibunya hingga ke lobi kantor.

**

Sooyoung menenggak segelas kecil soju. Sudah dua botol ia biarkan minuman hasil fermentasi itu memasuki tubuhnya. Tak peduli kesadarannya menurun. Matanya sudah sembab karena terus menangis karena Changmin. Meski ia sendiri pun tak mengerti apa alasannya menangisi Changmin. Karena kekosongan hatinya yang ditinggal Changmin? Karena persahabatan mereka di ujung tanduk? Karena Changmin menjauhinya? Atau karena ia mulai menyukai Changmin?
Entahlah. Ia terlalu bingung.
"Nona, anda sudah mabuk. Apa anda ingin kami menghubungi seseorang untuk menjemput anda?" tanya seorang bartender di hadapannya. Sooyoung hanya meracau. Bartender itu menghela nafas. Ia sudah terlalu sering menghadapi keadaan seperti ini. Diraihnya posel Sooyoung terletak di hadapannya. Kesadaran gadis itu mulai menurun.
"Annyeong..." ucap bartender itu setelah panggilan ke nomor yang ia tuju diangkat.
"........."
"Saya salah satu bartender di bar kawasan Gangnam. Teman anda yang memiliki ponsel ini sedang mabuk. Apakah anda bisa menjemputnya atau pihak kami yang mengantarnya?"
"........"
"Baiklah...."

**

Changmin berdiri di hadapan Sooyoung yang tak sadarkan diri. Keadaannya begitu berantakan. Ditambah lagi bau alkohol yang menyengat. Mereka masih di bar tempat Sooyoung mabuk. Menunggu keadaan Sooyoung lebih baik tak ada salahnya. Dirapikannya surai rambut Sooyoung yang tergerai.
"Kyu..." racau Sooyoung. Changmin tersentak. Ia tersenyum miris.
Dalam keadaan seperti inipun yang diinginkannya adalah Kyuhyun. Bukan ia meski yang berdiri di samping Sooyoung adalah dirinya.

**

Kyuhyun merebahkan Sooyoung di kasur empuk gadis itu. Ia merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
"Kyu..." panggil Sooyoung lirih. Mata besarnya terbuka perlahan.
"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Kyuhyun. Sooyoung mengangguk.
"Kau yang mengantarku?" tanya Sooyoung. Kyuhyun terdiam, sebenarnya Changmin yang menyuruhnya. Namun pemuda itu berpesan agar Kyuhyun tak mengatakannya pada Sooyoung. Entah apa maksudnya.
"Ng... Iya..." jawab Kyuhyun. Sooyoung terpaku. Perasaanya yang tadi ia lihat adalah Changmin. Tapi kenapa Kyuhyun? Tadi ia ingin mengatakan pada Changmin bahwa sepertinya Kyuhyun tidak lagi memiliki tempat di hatinya.
"Kenapa?" tanya Kyuhyun. Sooyoung menggeleng.
"Ah tidak. Kau mau pulang?" tanya Sooyoung. Kyuhyun terdiam. Bingung. Menemani Sooyoung dulu atau langsung pulang ke rumahnya. "Kalau kau mau pulang, aku sudah tak apa-apa." tambahnya. Kyuhyun tersenyum.
"Sepertinya aku lebih baik pulang. Bukankah tak baik jika aku ada disini semalaman?" ucap Kyuhyun. Sooyoung tersenyum. "Sooyoung-ah, kau tau dimana Qian nuna tinggal?" tanya Kyuhyun kemudian.
"Eoni tinggal di rumah sewa dekat sini."
"Bisa kau mengantarku kesana?"
"Bisa, tapi tidak sekarang. Kurasa eoni sudah tidur..." Kyuhyun terdiam.
"Tidak perlu sekarang..." jawabnya. "Bagaimana jika besok?"
Sooyoung memikirkan ucapan Kyuhyun. Tak ada salahnya ia menolak. Ia juga ingin menjenguk Qian di apartemen. Akhir-akhir ini mereka selalu sibuk di cafe sehingga jarang mengobrol.
"Baiklah. Besok kau datangsaja. Aku menunggu..." ucap Sooyoung. Kyuhyun tersenyum. Ia memeluk Sooyoung yang kini tengah duduk di atas ranjang. Gadis itu terpaku. Kemana perasaan gugup seperti dulu? Detak jantungnya bahkan tak pernah normal, jika ia melihat pemuda itu. Ada apa dengannya?

**

Changmin berdiri di depan pintu apartemen Sooyoung. Sejak membuntuti Kyuhyun membawa Sooyoung pulang dua jam lalu, ia masih tetap berdiri mematung disana. Diam. Tak berani mengetuk pintu ataupun beranjak pergi dari sana. Kakinya berat untuk diajak melangkah pergi dari tempat itu. Dan otaknya mengelak untuk tidak berpikiran negatif antara Sooyoung dan Kyuhyun.
Kriettt...
Pintu terbuka. Changmin tersenyum tipis saat melihat sosok Kyuhyun yang terkejut melihatnya. Dapat dilihatnya Sooyoung berdiri di belakang Kyuhyun juga turut terkejut.
"K...kau sedang apa?" tanya Sooyoung gagap. Changmin hanya diam. Ia membalikkan tubuh dan melangkah dari situ.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa Choikang jadi aneh?" tanya Kyuhyun. Sooyoung menghela nafas.
"Sebaiknya kau bertanya padanya. Aku tak tahu harus bicara apa..." jawab Sooyoung. Kyuhyun mengendikkan bahu.
"Aku pergi..." ucapnya. Sooyoung mengangguk. Kyuhyun pun berlari mengejar Changmin.
"Choikang..." Changmin hanya menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya. Tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang memanggil namanya. Suara langkah kaki terdengar mendekatinya.
"Kau kenapa?" tanya Kyuhyun. Changmin diam.
"Kau mengikutiku?" tambahnya. Changmin masih diam.
"Belajarlah mencintai Sooyoung dan jadikanlah ia kekasihmu. Kumohon..." pinta Changmin tanpa menatap Kyuhyun.
"M...maksudmu?"
"Dia mencintaimu, Kyu. Kau tak merasakannya kah? Atau kau memang tak mempedulikannya? Sakit Kyu saat kau mencintai seseorang tapi kau malah mempedulikan orang lain." ucap Changmin penuh penekanan.
"Tapi aku memang tak mencintai Sooyoung."
"Kau mencintai Qian kan?" Kyuhyun tersentak.
"Dia kakakku!"
"Hanya kakak angkat!"
"Tapi aku tak seburuk itu!"
"Kau terlalu mempedulikan Qian, Kyu. Kau bahkan tak mempedulikan gadis lain yang mencintaimu karena nunamu. Berhentilah mencintai Qian! Dia nunamu. Dan Sooyoung mencintaimu. Tataplah ke arahnya, Kyu."
"Kenapa harus aku?"
"Karena yang ada di jarak pandang Sooyoung hanya kau! Bukan aku!"
Mereka terdiam. Changmin memijat pelipisnya.
"Sadarlah jika kau dan Qian tak akan pernah bersama meskipun kalian saling mencintai. Kumohon, bahagiakanlah Sooyoung. Aku mencintainya Kyu...." Kyuhyun tersentak mendengar penuturan Changmin. Apa yang Changmin maksud?
"Aku tak mengerti. Kau mencintai Sooyoung, namun kau memintaku untuk menjadi kekasihnya?"
"Iya. Dia mencintaimu."
"Lalu kenapa tak kau buat dia mencintaimu?"
"Skenarionya tidak seperti itu. Bukan aku yang harus membuat dia mencintaiku. Tapi kau yang harus belajar mencintainya..."
Kembali terdiam. Changmin melangkah meninggalkan Kyuhyun. Ia tak peduli apa yang akan terjadi esok hari setelah permintaan konyolnya. Matanya terasa panas. Perlahan buliran air mata merembesi wajahnya. Ia menyeka dengan cepat. Ia harap perasaannya pada Sooyoung juga seperti itu. Hilang dengan cepat. Ia lelah merasa seperti ini dan menyiksa Sooyoung dengan sikapnya.

~tobecontinue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar