Sabtu, 18 Mei 2013

Drabble : "Maple"


"Henry lihatlah daun maple itu sangat indah bukan?" ucap Cordelia sambil menatap sehelai daun maple yang baru terlepas dari tangkainya. Lalu terbang sebelum akhirnya jatuh ke pelukan tanah.
Henry, pemuda blasteran itu mengikuti arah tatapan Cordelia. Gadis itu berlari hendak mengambil sehelai daun maple yang sudah jatuh ke tanah. Henry menghampirinya. Lalu menatap daun yang ada di tangan Cordelia. Ia tersenyum sejenak.


"Kau percaya akan takdir?" tanya Henry. Mata besar Cordelia menatap intens pemuda di hadapannya.
"Tergantung takdir itu sendiri..." jawab gadis itu membuat keduat sudut bibir Henry tertarik.
"Aku percaya kau adalah takdirku, Cordelia..." ucap Henry. Gadis itu mengernyitkan kening.
"Seyakin itukah?"
"Tentu..."
"Kenapa?"
"Kau adalah daun maple, dan aku adalah tanah. Kita selalu bersama bukan di sepanjang tahun..."
"Kenapa kau harus jadi tanah? Kenapa bukan angin musim gugur yang terbang bersama helaian maple?" tanya Cordelia. Henry tersenyum lagi.
"Karena aku bukanlah angin yang akan menerbangkanmu dan melepasmu begitu saja. Aku ingin menjadi tanah, yang akan menjadi tempat terakhir daun maple berlabuh dan menyatu disana. Karena pohon maple hidup di atas tanah, bukan di atas angin. Meski ia terbang jauh bersama angin, tanah adalah pilihan terakhirnya. Kau paham Cordelia?" terang Henry. Cordelia tersenyum.
"Terimakasih telah menjadi tanahku. Sandaranku, takdirku, dan menjadi tempatku berlabuh..." ucap Cordelia.
Henry bangkit. Ia mengulurkan tangannya ke arah Cordelia dan menarik berdiri gadis itu saat tangan mereka tertaut.
Angin musim gugur berhembus. Membelai kedua insan yang masih berjalan menapaki jalan jantung Perancis itu.

-fin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar