Disclaimer : Jangan berpikir negatif tentang ff ini. Saya gak
nerima bash, lagi gak mood berantem soalnya. Saya lagi galau, dan jempol
saya akhirnya menekan keypad hp sehigga jadilah cerita nista yang pasti
dibenci para fans kyutoria, seokyu, kyuyoung, kyuna, kyuni, kyunani,
kyubalalala... *banyak banget kopel kyu*. Yang gak sengaja lewat kudu
ninggalin jejak, ngasi kentut juga gapapa kalo kalian mau disamain ama
sigung --" saya mau jadi orang egois :D huehehe...
****
"Rasanya sakit..." gumamku pelan. Aku meringis sambil duduk di
sebelahnya. Sedangkan ia hanya melirikku sejenak, lalu kembali kepada
joystick playstationnya.
"Kau kenapa?" tanyanya.
"Sakit, Kyu. Disini..." jawabku sambil memegang dadaku.
"Payudaramu kenapa?" tanyanya tanpa melirikku.
"Hatiku yang sakit, bukan payudaraku bodoh..." decakku kesal.
"Hatimu kenapa?"
"Aku tak bisa menjelaskannya Kyu, aku mencintainya. Dan hatiku sakit
saat mengetahui bahwa ia milik orang lain." ucapku pelan. Aku menutup
mataku dan menghela nafas. Sesak...
"Ck, carilah pemuda lain. Kau tahu, memiliki kekasih itu sangat
membahagiakan. Seperti aku, aku beruntung mendapatkan Chien. Hihi..."
ucapnya. Ia mem-pause gamenya dan menerawang.
"Chien?"
"Qian maksudku. Itu panggilan sayang..."
Blarrr...
Aku terdiam. Merasa bodoh. Air mata ini kenapa keluar tanpa aku
inginkan? Telingaku mendadak tuli saat mendengar Kyuhyun mulai bercerita
tentang pujaan hatinya itu.
"Aku pergi dulu Kyu." ucapku.
"Yak! Kau mau kemana? Aku belum selesai cerita Jia babo!" teriak
Kyuhyun kesal. Aku hanya terdiam tak menanggapinya. Berlalu keluar dari
kamar setan ini.
Ya Tuhan, kenapa rasa sesaknya juga tak kunjung hilang? Batinku. Aku
terduduk di depan kamar Kyuhyun. Lalu mulai terisak. Kenapa mata ini
bodoh? Menangis di saat yang tidak tepat?
Song Jia bodoh, mana mungkin seorang Cho Kyuhyun mau melirik ke
arahmu, kau tak menarik bodoh. Kau tak ada apa-apanya. Dasar gadis
bodoh, Song Jia bodoh! Aku hanya merutuki diriku sendiri. Menyakitkan
mengetahui kenyataan yang tak seiring jalan. Mencoba merelakan namun
hanya perih yang aku rasa. Kenapa aku tak pernah ada di pihak yang
selalu tersenyum? Pada siapapun aku melabuhkan hatiku, pada akhirnya
akulah orang yang tersakiti, akulah yang kalah, akulah yang harus
menyerah, dan akulah yang harus menangis. Menyedihkan....
-fin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar