Sabtu, 18 Mei 2013

Jia's diary : "Hurts"

Disclaimer : Jangan berpikir negatif tentang ff ini. Saya gak nerima bash, lagi gak mood berantem soalnya. Saya lagi galau, dan jempol saya akhirnya menekan keypad hp sehigga jadilah cerita nista yang pasti dibenci para fans kyutoria, seokyu, kyuyoung, kyuna, kyuni, kyunani, kyubalalala... *banyak banget kopel kyu*. Yang gak sengaja lewat kudu ninggalin jejak, ngasi kentut juga gapapa kalo kalian mau disamain ama sigung --" saya mau jadi orang egois :D huehehe...

****


"Rasanya sakit..." gumamku pelan. Aku meringis sambil duduk di sebelahnya. Sedangkan ia hanya melirikku sejenak, lalu kembali kepada joystick playstationnya.
"Kau kenapa?" tanyanya.
"Sakit, Kyu. Disini..." jawabku sambil memegang dadaku.
"Payudaramu kenapa?" tanyanya tanpa melirikku.
"Hatiku yang sakit, bukan payudaraku bodoh..." decakku kesal.
"Hatimu kenapa?"
"Aku tak bisa menjelaskannya Kyu, aku mencintainya. Dan hatiku sakit saat mengetahui bahwa ia milik orang lain." ucapku pelan. Aku menutup mataku dan menghela nafas. Sesak...
"Ck, carilah pemuda lain. Kau tahu, memiliki kekasih itu sangat membahagiakan. Seperti aku, aku beruntung mendapatkan Chien. Hihi..." ucapnya. Ia mem-pause gamenya dan menerawang.
"Chien?"
"Qian maksudku. Itu panggilan sayang..."
Blarrr...
Aku terdiam. Merasa bodoh. Air mata ini kenapa keluar tanpa aku inginkan? Telingaku mendadak tuli saat mendengar Kyuhyun mulai bercerita tentang pujaan hatinya itu.
"Aku pergi dulu Kyu." ucapku.
"Yak! Kau mau kemana? Aku belum selesai cerita Jia babo!" teriak Kyuhyun kesal. Aku hanya terdiam tak menanggapinya. Berlalu keluar dari kamar setan ini.
Ya Tuhan, kenapa rasa sesaknya juga tak kunjung hilang? Batinku. Aku terduduk di depan kamar Kyuhyun. Lalu mulai terisak. Kenapa mata ini bodoh? Menangis di saat yang tidak tepat?
Song Jia bodoh, mana mungkin seorang Cho Kyuhyun mau melirik ke arahmu, kau tak menarik bodoh. Kau tak ada apa-apanya. Dasar gadis bodoh, Song Jia bodoh! Aku hanya merutuki diriku sendiri. Menyakitkan mengetahui kenyataan yang tak seiring jalan. Mencoba merelakan namun hanya perih yang aku rasa. Kenapa aku tak pernah ada di pihak yang selalu tersenyum? Pada siapapun aku melabuhkan hatiku, pada akhirnya akulah orang yang tersakiti, akulah yang kalah, akulah yang harus menyerah, dan akulah yang harus menangis. Menyedihkan....

-fin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar