Senin, 13 Mei 2013

fanfiction : "You are a Song in My Heart" *11


Kyuhyun hanya terpaku mendengar semua cerita Qian. Hari ini adalah hari pertama mereka bertemu setelah dua minggu lalu terakhir mereka mengobrol di taman. Setiap kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu, setiap tetes air mata yang mengalir, Kyuhyun mengerti jika semuanya penuh luka. Dan ia merasa pengecut, tak bisa melakukan apa-apa. Ia mencintai Qian, ia merasa lebih baik dari Zhoumi, tapi kenyataanya? Ia pikir mereka berdua pengecut. Membiarkan keadaan menguasai semuanya.
"Nuna, maaf aku tak tahu kau semenderita ini..." bisiknya. Qian mengangguk paham di sela tangisnya.
"Mungkin ini memang yang terbaik untukku, Kyu. Mungkin aku pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Jadi aku menerima balasannya sekrang. Mungkin di kehidupan selanjutnya aku akan bahagia. Maaf Kyu..." ucap Qian lirih.

"Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi yakinlah, aku akan selalu menjadi tempat terakhirmu. Jangan sungkan untuk mencariku saat kau membutuhkanku." ucap Kyuhyun. Ia mengelus puncak kepala Qian.
"Terimakasih, Kyu..." ucap Qian.
"Waktumu habis, ayo kita pergi. Sekarang kau harus fitting baju pengantin..." ucap seseorang. Qian mendongak. Mendapati calon suaminya itu berdiri di hadapannya. Ia menyeka air matanya cepat. Lalu berdiri, diikuti Kyuhyun.
"Aku titip nuna-ku padamu, Wu Fan. Jaga dia dan jangan menyakitinya." ucap Kyuhyun. Wu Fan--atau Kris--menatap Kyuhyun dengan wajah datarnya.
"Akan aku usahakan..." sahutnya dingin. Ia meraih tangan Qian lalu pergi dari sana, meninggalkan Kyuhyun yang terpaku menatap mereka.
"Aku harap dia menepati janjinya nuna, janji yang dulu pernah ia ucapkan padaku..." batin Kyuhyun.

***

Wu Yi Fan, pemuda itu menatap sosok Qian yang berdiri mengenakan gaun berwarna putih gading di hadapannya. Meminta pendapatnya. Dan pemuda itu terpaku menatapnya. Hatinya berdesir hangat. Qian-nya masih secantik dulu.
"Itu bagus. Bungkus itu..." ucapnya angkuh pada karyawati di butik itu. "Dan tuxedo disana juga..." tambahnya. Ia membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Qian, membuat gadis itu mendesah kecewa.
"Calon suamimu mungkin adalah cinta sejatimu nona..." ucapan pegawai itu membuat Qian menoleh.
"Bagaimana mungkin?"
"Dia memilih tuxedo yang menjadi pasangan gaun ini. Jadi aku rasa, kau dan dia adalah sepasang."
"Tapi dia tak mencintaiku. Kau lihat sikapnya yang dingin tadi?"
"Kau harus menyentuh hatinya, menyelaminua hingga ke dasar, melepas topengnya. Dia hanya berpura-pura. Yakinlah nona..." ucap pegawai itu. Qian terdiam. Mungkin pegawai itu benar. Sudah saatnya ia menyimpan kenangan tentang ia dan Zhoumi. Membuka lembaran baru dalam takdirnya. Setidaknya ia juga harus bahagia, meski kebahagiaan sejatinya adalah Zhoumi.

***

Wu Yi Fan...
Pemuda itu menatap bingkai besar yang menggantung di dinding ruang kerjanya. Song Qian, gadis itu sangat manis saat tersenyum.
"Benarkah kau akan menjadi milikku, nuna? Kenapa aku tak senang? Apa karena kau memang terpaksa menjalani semuanya?" batin Wu Fan. Ia memejamkan matanya dan memijat pelan pelipisnya.
Song Qian, betapa ia sangat mengagumi seniornya itu. Selalu mengikuti kemanapun Qian pergi, seolah titik fokusnya hanyalah Song Qian. Ia tak peduli berapa banyak gadis yang memujanya, menyatakan cinta secara terang-terangan di hadapannya. Yang jelas ia hanya menginginkan Song Qian. Mungkin banyak orang berpikir jika itu hanyalah cinta seorang bocah, tapi tidak banyak yang mengerti, bahwa cintanya tulus dan abadi. Song Qian, pusat kehidupannya setelah hari itu Qian menolongnya dari senior yang akan memukulnya, berlanjut percakapan singkat. Tak banyak memang yang bisa dikenang antara mereka, tapi akhirnya ia bisa mengenal Cho Kyuhyun, adik Qian yang merupakan teman satu almamaternya. Dan sebelum kepindahannya ke Kanada, ia berjanji satu hal pada Kyuhyun. Dia akan menjaga cintanya untuk Qian dan bertemu di masa depan untuk membuat Qian tersenyum kembali.
"Sssh..." Pemuda itu meedesah pelan.
Tok... Tok... Tok...
"Ya masuk..." sahutnya.
Kriet...
Pintu ruangannya terbuka.
"Tuan Wu, ada yang mencari anda..." ucap Sooyeon, sekretarisnya.
"Siapa?" tanya Wu Fan tanpa menoleh ke arah Sooyeon.
"Cho Kyuhyun..." jawabnya.
"Ya, biarkan dia masuk..." ucap Wu Fan singkat. Ia mendengar suara pintu ditutup, lalu beberapa saat kemudian kembali terbuka dengan langkah kaki yang semakin mendekat.
"Aku tak menyangka jika seorang bos besar masih sibuk di kantor dua hari sebelum hari pernikahannya. Apa kau sangat tidak menginginkan ini semua? Aku bisa menggantikan sosokmu lusa di acara itu." ucap Kyuhyun sinis. Ia menyeringai. Wu Fan bangkit dari duduknya. Ia menatap datar Kyuhyun.
"Ada apa?" tanyanya tanpa ingin membalas ucapan sinis Kyuhyun.
"Aku hanya ingin kau menjaga nunaku, tidak menyakitinya. Atau aku akan merebutnya darimu, ah, mungkin Zhoumi-gege juga bisa merebutnya darimu." ucap Kyuhyun membuat Wu Fan mengernyitkan dahi.
"Zhoumi-ge?"
"Ya, kau tak tahu jika Song Qian adalah mantan kekasih Zhoumi-ge? Dan aku juga mencintai Song Qian. Jadi jika kau tak menjaganya, kupastikan lusa salah satu diantara kami yang akan menggantikan peranmu di hari penting itu. Dan semoga kau menepati janjimu untuk membuatnya tersenyum. Dia sudah banyak menangis akhir-akhir ini. Aku menyerahkannya padamu. Jaga dia, Kris..." ucap Kyuhyun sebelum ia pergi meninggalkan Wu Fan. Membiarkan sosok itu terpaku.

***

Qian memegang sebuah amplop berwarna soft-pink dengan sedikit sentuhan nila, menatap ragu untuk mengambil kertas yang terselip di dalamnya. Dari Zhoumi. Pemuda itu sendiri yang menyerahkan ini padanya sebelum ia pergi ke Hongkong untuk bekerja. Qian menghela nafas. Ia harus membaca surat dari Zhoumi. Setidaknya ia yakin, ada yang ingin Zhoumi sampaikan melalui surat ini.
Perlahan jemari lentiknya membuka amplop yang tersegel itu, mengambil secarik kertas di dalamnya dan membukanya. Matanya meneliti ke dalam setiap kalimat yang tertera disana. Kalimat yang Zhoumi tulis dari hati. Semua ia tuangkan disana, tentang perasaannya selama ini.

---------
Untuk bidadari tercantik di muka bumi ini,
Qiannie...
Maaf aku tak jujur tentang hal ini padamu...
Aku hanya tak ingin kau pergi meninggalkanku. Dan kini, justru aku yang meninggalkanmu sendiri menghadapi ini semua.
Aku tahu bahwa aku salah. Aku pecundang.
Tapi kau tahu?
Aku benar-benar mencintaimu.
Sungguh...
Kau ingat saat malam di Victoria Peak? Kita resmi menjalin hubungan. Kau sangat cantik malam itu. Rasanya aku seperti memiliki seluruh dunia ini.
Lusa hari pernikahanmu dengan Wu Yi Fan. Aku harap kau bisa bahagia dengannya. Lahirkan banyak keponakan yang lucu untukku. Tetaplah tersenyum dan hidup bahagia. Kau harus yakin bahwa Wu Fan adalah takdirmu. Dan tentang kita...
Aku harap kau bisa menyimpannya sebagai salah satu kenangan dalam hidupmu.
Aku mencintaimu Qiannie.
Sungguh, demi apapun yang ada di alam semesta ini. Dunia ini bukan tempat untuk takdir kita. Tapi aku yakin, di kehidupan selanjutnya, kita bisa bahagia bersama. Kau adalah alunan lagu cinta di hatiku. Sangat merdu dan membuatku tenang. Menjadi lullaby yang mengantarku ke alam mimpi. Yang membuatku mampu bertahan dalam hidup ini. Yang sering aku mainkan. Terlalu indah Qian. Kau anugerah terindah dalam hidupku.
Aku harap kau mau menjadikanku lagu cinta dalam hatimu. Meski aku tidak semerdu dan seindah alunan lagu cintamu.
You are song in my heart. Xie xie, wo ai ni.
Song Qian....

Kakakmu,
Zhou Mi

-----------

Qian mendekap secarik kertas itu di dadanya. Mengeluarkan rasa sakit yang membuncah di dadanya. Meluapkan semua yang tertahan di kalbunya. Kenapa dunia ini tega padanya. Memisahkan ia dari takdir yang seharusnya ia jalani. Memindahkannya ke takdir lain yang tak ia hendaki.
"Wo ai ni..." bisiknya lirih. Seolah Zhoumi akan mampu mendengar bisikannya. Tapi ia tahu, pengakuannya akan tersampaikan. Ia dan Zhoumi terikat secara batin. Meski raga mereka tak akan pernah bisa bersama.
Televisi di ruangannya masih menyala. Menayangkan berita internasional yang terjadi di Hongkong hari ini.
"Selamat siang pemirsa. Terjadi kecelakaan di daerah menuju Victoria Peak. Sebuah mobil menabrak pembatas jalan dan akhirnya terguling beberapa kali. Diduga pengemudi tidak berkonsentrasi saat berkendara sehingga tewas di tempat. Informasi terlengkap akan kami tayangkan beberapa saat lagi."
Dan Qian hanya membeku setelah melihat berita itu, setelah mengetahui korbannya. Ia tak mampu menangis lagi. Zhoumi pergi, benar-benar pergi meninggalkannya.
Wu Fan...
Pemuda itu hanya berdiri di ambang pintu, menatap Qian dalam diam yang tengah menangis. Baru saja ia ingin memberitahukan tentang keadaan Zhoumi. Hatinya sesak, entah kenapa ia merasa sakit melihat gadis itu menangis. Ada tekad di hatinya untuk mengubah kembali gadis itu, mengembalikan senyumnya yang kini menghilang.
"Aku mencintaimu, Qiannie. Bolehkah aku menjadi pengganti Zhoumi-ge di hatimu?" batinnya. Air matanya menitik perlahan.

***

end...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar