Senin, 13 Mei 2013

fanfiction :: "You are a Song in My Heart" *8


Zhoumi duduk di salah satu sudut cafe. Menatap Qian yang tersenyum lebar melayani para pelanggan yang mengantre. Entah kapan ia bisa melihat senyum itu lagi selepas hari ini keputusannya meninggalkan Qian. Song Qian, pertama dan terakhir baginya. Sisa kenangan indah dalam hidupnya. Karena ia yakin, setelah gadis itu pergi tak akan ada lagi hal indah dalam hidupnya yang akan ia temukan. Dia, hanya dia harta terindah di perjalanan hidupnya.
"Hello..." ucapan seseorang membuyarkan lamunannya. Ia terperangah. Terkejut mendapati sosok gadis jangkung berdiri membungkuk di hadapannya. Matanya besar dengan rambut hitam yang terurai lepas.
"Kurasa aku pernah melihatmu, tuan." ucapnya. Zhoumi masih menelisik gadis itu, rasanya ia pernah bertemu gadis itu. Namun entah dimana.
"Oh yeah, kau yang beberapa hari lalu bersama Qian eoni sebelum si Pangeran Setan Kyuhyun menarik eoni. Benarkan?" tambahnya. Zhoumi diam. Ingatannya melambung ke masa itu. Saat Kyuhyun menarik tautan tangan Qian yang digenggamnya. Senyum mirisnya terukir.

"Yeah, kau benar, nona--" kata-katanya terputus. Ia melirik nametag yang terpasang di dada kiri bagian atas seragam kerja Sooyoung.
"Choi Sooyoung?" kening Zhoumi berkerut saat membaca nama itu.
"Ya, kenapa?" tanya Sooyoung.
"Kau Choi Sooyoung adik Choi Siwon kan?" tanya Zhoumi langsung. Kini Sooyoung yang mengernyitkan kening, dibuat bingung dengan penuturan Zhoumi. Darimana pemuda China ini mengenalnya?
"Ya, aku adik dari Choi Siwon. Kau mengenal kakakku?" tanyanya.
"Aku sahabat kakakmu, hey. Kau melupakanku? Kita pernah bertemu dua tahun lalu, saat acara bodoh itu." ucap Zhoumi. Sooyoung memutar memorinya. Mencari dimana bagian ia bertemu Zhoumi. Dan matanya sontak membulat mengingat kejadian itu. Berimbas pada rona merah di wajahnya.
"Kau, Zhoumi?" ucapnya gagap.
"Hey, tak usah gugup. Tentang acara konyol perjodohan orangtua kita jangan kau pikirkan. Aku sudah melupakannya." ucap Zhoumi. Setidaknya itu mampu membuat Sooyoung bernafas lega setelah hatinya jungkir balik tak karuan menahan malu akibat sesuatu yang pernah diperbuanya dahulu. Liar dan memalukan.
"Ah yeah, terimakasih telah melupakannya. ucap Sooyoung. "Kau menunggu Qian eoni?" tambahnya. Zhoumi mengangguk.
"Eoni belum pernah menceritakan tentang kalian maupun tentang kau padaku. Tapi aku yakin, kalian pasti bahagia. Jaga dia ya..." ucap Sooyoung.
"Jika bisa," gumam Zhoumi lirih.
"Aku kembali dulu ke dapur. Eoni akan datang sebentar lagi. Selamat bersenang-senang..." pamit Sooyoung sebelum ia melangkah ke dapur meninggalkan Zhoumi yang mematung.
"Maaf lama menunggu, ayo pergi. Hari ini kau akan mengajakku kemana?" ucap Qian riang tanpa beban. Zhoumi tersenyum simpul. Ia berdiri dan menggenggam jemari Qian lalu membawanya pergi dari Hendel and Gretel tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan gadisnya. Ya, Qian adalah gadisnya untuk teakhir kalinya hari ini. Karena hari esok ia mungkin sudah tak bisa memanggil gadis itu dengan sebutan gadisnya,

***

Angin musim dingin menerpa mereka yang berdiri di puncak menara Namsan. Melihat-puluh-ribuan gembok yang menempel di sana. Saling tertaut dan kokoh. Gembok cinta.
"Banyak yang mengatakan jika kita menulis janji dan memasangnya di gembok lalu meletakkannya disana dan membuang kuncinya, kita akan abadi." ucap Zhoumi memecah sepi. Qian yang tengah menggosokkan kedua telapak tangannya menoleh.
"Kau mau mencoba?" tanya Qian. Zhoumi tersenyum getir.
"Apanya?" Ia balik bertanya.
"Gembok cinta itu..." ucap Qian sambil menunjuk ke arah gembok-gembok itu.
Mereka terdiam. Membiarkan hembusan angin bersuara memecah hening. Serbuk putih mulai tercurah dari langit. Melayang ringan di udara sebelum mendarat dan mencair.
"Tak perlu..." sahut Zhoumi. Qian mengenyitkan kening.
"Kenapa?" tanyanya heran.
"Bolehkah aku mengajukan satu permintaan padamu?"
"Apa?"
"Tentang kita..."
"Bicaralah..."
"Aku mohon, lupakan semua yang pernah terjadi di antara kita. Anggap ini tak pernah terjadi..."
Qian membulatkan matanya lebar-lebar. Lalu memutar tubuhnya menghadap Zhoumi.
"Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara tinggi. Zhoumi mendesah pelan. Ia menutup matanya sejenak.
"Apa yang telah kita lalui, berakhir di hari ini. Aku mohon, lupakanlah semua itu. Anggap tak pernah terjadi. Kau mulailah hidup barumu. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama, merestart semua yang terjadi dalam hidupku." ucapnya tegas.
Plak...
Satu tamparan mendarat di wajahnya. Ia menunduk.
"Aku perempuan Mi. Sulit bagiku untuk menghapus seluruh kejadian yang pernah singgah dalam hidupku. Apa kau tak memahami perasaanku? Jika niatmu seperti ini, untuk apa kau muncul kembali dalam hidupku setelah hari itu menghilang?" ucap Qian lirih. Zhoumi menunduk. Menahan air matanya yang sudah mengembun. Ia berharap agar tak menitikkan cairan itu di hadapan Qian. Ia harus berpura-pura kuat dan tak butuh Qian di hadapan gadis itu.
"Lupakanlah semuanya." ucap Zhoumi sebelum ia membalikkan tubuhnya. Ia melangkah menjauhi Qian.
"Aku mencintaimu, Zhoumi. Demi apapun yang ada di alam semesta ini. Aku menginginkanmu untuk selalu ada di sampingku. Tempat aku menyandar saat lelah. Tempat aku berkeluh saat letih. Aku membutuhkanmu. Tak tahukah kau, kau sama seperti udara di hidupku. Yang membuatku sulit bernafas jika ornamen itu tak ada. Aku mencintaimu, Zhoumi. Harus berapa kali aku berteriak agar kau percaya?" Qian berteriak membuat langkah Zhoumi terhenti. Pemuda itu menunduk dan membiarkan tubuhnya berdiri memunggungi gadisnya. Ah tidak, kini Qian bukan lagi gadisnya setelah ia mengucapkan kata terkutuk tadi. Tanpa ia inginkan, air matanya mengalir pelan membasahi wajahnya. Ia menggigit bibirnya menahan isakan yang mungkin bisa terdengar.
Tanpa bicara apapun lagi, ia kembali mengayunkan kaki panjangnya. Melangkah meninggalkan tempat itu. Meninggalkan separuh hatinya yang terpatri permanen di cekungan hati Qian. Membiarkan dirinya hidup dengan setengah hati yang mulai berlubang. Tak akan ada yang bisa menutupinya hingga waktu memanggilnya, kecuali sosok pemilik nama itu. Song Qian...

***

Sooyoung memalingkan wajahnya saat menyadari tatapan kakak semata wayangnya itu menelisik tajam ke arahnya. Ia meneguk cepar segelas cocktail di hadapannya. Wajahnya menunjukkan ekspressi tak suka akan minuman yang telah mengalir melewati tenggorokannya.
"Ciiih, minuman rasa apa ini? Kenapa buruk sekali? Ini racun ya oppa?" tanyanya sambil buru-buru meneguk air putih di hadapannya.
"Kau yang bodoh tak mengerti bagaimana cara meminumnya." ucap Siwon sambil menyesap pelan cocktail jatahnya.
"Sebenarnya siapa yang sedang kita tunggu disini?" tanya Sooyoung penasaran. Ia tak tahu ada angin apa kakaknya ini tiba-tiba datang menjemputnya ke cafe dan membawanya kesini.
"Orang yang akan berkomitmen menjalani hidup bersama denganmu. Mengerti?" jawab Siwon membuat Sooyoung semakin termenung.
"Maksudmu?"
"Menikah!" ucap Siwon tegas membuat Sooyoung menganga lebar.
"Selamat malam, maaf menunggu..." ucap seseorang yang baru saja datang. Sooyoung dan Siwon menoleh. Matanya membulat lebar setelah melihat siapa sosok yang datang dengan senyum merekah lebar di bibirnya.
Ini pasti mimpi...
Batinnya menyugestikan kepada seluruh alam bawah sadarnya jika apa yang dialaminya kini adalah sebuah mimpi yang akan segera berakhir.

*tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar