Senin, 13 Mei 2013

fanfiction :: "You are a Song in My Heart" *6


"Kau kenapa gugup seperti itu?" goda Zhoumi saat melihat Qian yang duduk di seberangnya menunduk sambil memainkan jarinya. Gadis itu menatap Zhoumi.
"Aku takut jika orangtuamu tak menyukaiku..." jawabnya lirih. Zhoumi mengernyitkan dahi.
"Kau tahu, ayah selalu suka pilihanku. Ibu pasti juga akan menyukaimu. Ibu bukan seperti ibu cinderella yang jahat, Qian. Ibu orang yang baik. Tak pernah memandang apapun dari segi materi." ucapnya.
"Bagaimana jika orangtuamu tak menyetujui kita?" tanya Qian.
"Kau tahu, ibu senang melihatku tersenyum karena seorang wanita. Beliau sendiri yang meminta untuk bertemu denganmu hari ini..." ucap Zhoumi menenangkan kemelut dalam hati Qian. Ia meraih jemari Qian.
"Tatap aku..." pinta Zhoumi sambil mengelus punggung tangan kekasihnya. Qian menurutinya. Memandang lekat ke dalam manik mata coklat favoritnya. Disanalah telaganya. Oase menyejukkan di tengah garangnya panas padang pasir.
"Ibuku adalah ibumu, Qian..." ucap Zhoumi.
Ia mengangguk pelan.

"Tak ada seorang pun yang takkan menyukaimu, Song Qian..." tambah Zhoumi. Ia mengelus pipi Qian sambil tersenyum. Gadis itu ikut tersenyum.
"Tuan Muda, ada telepon dari Nyonya Besar...." ucap seorang pelayan yang baru saja muncul dari arah ruang tengah. Zhoumi menoleh.
"Aku terima telepon dulu. Kau diam disini jangan kemana-mana." ucap Zhoumi sambil melepas genggaman tangan Qian. Lalu meninggalkan Qian di ruang tamu sendirian.
Pandangan Qian beredar. Menatap sekelilingnya. Ia terpaku saat melihat sebuah bingkai foto keluarga yang tergantung di dinding. Zhoumi dan kedua orangtuanya.
"Kau mirip ayahmu, Mi..." gumamnya sambil tersenyum tipis.

**

"Noona pergi kemana ya kira-kira?" tanya Kyuhyun pada Sooyoung yang duduk di sampingnya.
"Aku tak tahu. Kurasa ia pergi bersama kekasihnya." jawab Sooyoung. Kyuhyun menoleh menatap Sooyoung yang sibuk menggosok kedua telapak tangannya.
"Kekasih?" tanya Kyuhyun heran. Sooyoung mengangguk. Ia menghembuskan nafasnya di sela kedua telapak tangannya yang menempel.
"Itu hanya dugaanku. Qian eoni selalu seperti sedang berbunga-bunga jika sedang di cafe. Tapi aku tak tahu apa alasan ia tersenyum. Qian eoni tak menceritakannya padaku. Ia belum sempat menceritakannya padaku. Tapi kuharap ia memiliki kekasih." ucap Sooyoung. Kyuhyun mendengus kesal. Sooyoung bodoh membuat hatinya berasap, batinnya.
"Kau kedinginan ya?" tanyanya sambil menatap Sooyoung yang mulai memeluk kedua kakinya.
"Tentu saja bodoh. Kurasa malam ini salju pertama akan turun." ucap Sooyoung. "Memangnya kau tak kedinginan?" tambahnya. Kyuhyun menggeleng.
"Kau terlalu kurus. Makanmu saja banyak seperti tukang parkir." ucap Kyuhyun. Sooyoung mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kau si buncit..." ucap Sooyoung.
"Aku ini tampan. Seharusnya aku ini menjadi leader SHINee. Kau tau kan, SHINee? Aku juga bisa menari seperti itu. Bahkan suaraku lebih bagus dari Jonghyun. Kau ingin dengar?" ucap Kyuhyun.
"Kau menyanyi? Aku tak tahu kau bisa menyanyi..." ucap Sooyoung. Kyuhyun menyeringai.
"Nareul mukkgo gadudamyeon sarangdo mukkin chae, miraedo mukkin chae, kkeojil su eopnenude. Loverholic, robotronic, loverholic, robotronic. Geobu hal su eopneun neoui maryeokeun Lucifer...."
"Biar kutebak, itu lagu Lucifer SHINee kan?" ucap Sooyoung setelah mendengar suara Kyuhyun yang menurutnya bagus itu.
"Binggo. Aku suka SHINee, meski mereka lebih muda dariku." ucap Kyuhyun.
"Aku suka mendengarmu menyanyi..."
"Menurutmu apa Qian nuna akan suka suaraku?" tanyanya.
"Pasti. Suaramu membuat nyaman." ucap Sooyoung.
"Benarkah?" tanya Kyuhyun. Ia menatap Sooyoung. Gadis itu mengangguk antusias.
"Ayo kita ke cafe..." ajak Kyuhyun.
"Untuk apa?"
"Kau mulai kedinginan nona Choi. Kau ingin mati? Lalu keesokkan hari muncul di surat kabar, putri tunggal keluarga besar Choi mati kedinginan karena menemani temannya menunggu seseorang." ucap Kyuhyun membuat Sooyoung terkekeh.
"Kurasa tidak buruk. Segelas cappucino bisa membuat kita merasa hangat bukan?" ucap Sooyoung menyetujui ajakan Kyuhyun. Ia bangkit dari duduknya. Lalu berjalan menuju Handel & Gretel.

**

"Maaf Qian, ibu membatalkan janji denganmu." ucap Zhoumi lemas. Ia merasa bersalah membuat Qian kecewa.
"Tak apa. Masih ada hari esok, Mi..."
"Tapi kau sudah menunggu lama tadi." ucap Zhoumi tanpa menoleh ke arah Qian. Ia masih fokus mengendarai mobil sport merahnya.
"Tak apa Mi, jangan seperti itu. Senyumlah..." pinta Qian. Zhoumi menghela nafas.
"Bagaimana jika kita mampir dulu ke Hendel & Gretel?" tawar Zhoumi. Qian menimang ajakan kekasihnya.
"Tak buruk. Aku akan mengenalkanmu pada semua karyawan disana. Mereka baik hati. Ada seorang gadis berusia lebih muda dua tahun dariku, namanya Choi Sooyoung. Dia sudah ku anggap sebagai adikku. Bahkan jadwal cuti kami sama. Seperti hari ini. Ia sedang apa ya?" ucap Qian. Zhoumi menambah kecepatan laju mobilnya. Melesat membelah jalan yang lengang.

**

Changmin menatap Sooyoung yang datang bersama Kyuhyun. Ada luka di hatinya. Membuat dadanya sesak dan sulit menghirup udara.
"Aku pesan dua cappucino..." ucap Kyuhyun yang entah kapan tanpa ia sadari sudah berdiri di hadapannya. Memesan minuman. Ia menatap datar sahabatnya itu.
"Tunggu sebentar..." ucapnya. "Cappucinno dua..." teriaknya ke arah dapur. Tak lama kemudian cappucino itu sudah diletakkan di atas meja yang membatasi antara kasir dan dapur. Changmin mengambilnya.
"Semuanya dua ribu won, tuan..." ucapnya singkat tanpa senyum maupun basa-basi. Kyuhyun menyerahkan uang pas dan mengambil minuman itu, lalu berjalan ke arah Sooyoung.
"Kau tak menghampiri Changmin? Bukankah hubungan kalian sangat dekat?" tanya Kyuhyun. Sooyoung mengendikkan bahu.
"Dia membenciku karena aku menyukai seseorang dan aku mengabaikannya. Aku tahu aku salah. Tapi siapa yang bisa mengendalikan perasaan? Aku menyukai sahabatnya." ucap Sooyoung.
Kyuhyun menatap gadis yang tengah memandangi kepulan asap dari segelas cappucino di hadapannya.
"Apa sahabatnya itu aku?" tanya Kyuhyun sambil menatap choco granule yang ditabur dan terbentuk hati di atas busa cappucino. Sooyoung tertegun. Ia menatap Kyuhyun.
"M-maksudmu?" tanyanya gugup.
"Aku sudah tahu semuanya dari Changmin, Soo..." ucap Kyuhyun santai. Sooyoung menghela nafas. Ia menatap Changmin yang tengah berdiri di balik meja kasir.
"Apa yang dikatakannya padamu?"
"Semua tentang perasaanmu, Soo..."
"Lalu kau marah padaku?"
"Untuk apa?"
"Karena aku menyukaimu..." Kyuhyun terkekeh.
"Aku marah pada Changmin yang justru menyuruhku menjadi kekasihmu. Tapi aku tahu Soo, kau mencintai si bodoh itu kan?" Sooyoung diam. Entahlah ia menjawab apa. Semuanya membingungkan. Seperti melihat bayangan cermin di dalam cermin. Saling memantul sehingga membuat pusing.
Ting...
Pintu cafe terbuka.
"Changmin-ah..." panggil seseorang yang baru saja datang bersama seorang pria. Sooyoung menoleh.
"Itu, Qian eoni, Kyu..." ucap Sooyoung saat melihat sosok berambut coklat dengan mantel berwarna krem berjalan menuju kasir bersama seorang pemuda. Apakah itu kekasihnya?
"Siapa itu, Soo?" tanya Kyuhyun. Telapak tangannya mengepal menahan amarah saat melihat pemuda itu merangkul bahu Qian. Sooyoung menatap Kyuhyun lalu mengendikkan bahu.
"Aku tak tahu, Kyu. Kenapa kau tak menghampirinya?" ucap Sooyoung. Kyuhyun terdiam sejenak. Akhirnya ia bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Qian.
"Nuna..." panggilnya datar. Qian sontak menghentikan tawanya bersama Zhoumi dan Changmin. Ia menoleh dan terkejut melihat Kyuhyun berdiri dengan Sooyoung di sampingnya.
"Kau? Sedang apa disini?" tanya Qian.
"Kau darimana saja? Sedari tadi aku bersama Sooyoung menunggumu pulang di depan rumahmu." Nada suara Kyuhyun mulai meninggi. Qian melirik Sooyoung yang masih menunduk. Mungkin gadis itu merasa bersalah.
"Aku tak memintamu menungguku." sahut Qian. Kyuhyun mendecak.
"Siapa dia?" tanya pemuda itu sinis. Qian terkekeh. Sedangkan Zhoumi hanya menatap tak mengerti siapa pemuda itu, apa hubungannya dengan Qian. Terlebih lagi pemuda itu berteriak di tempat ramai seperti ini. Apa ia tak punya tatakrama? Atau urat malunya sudah putus? Entahlah. Berbagai praduga menggelayuti di benaknya. Ia harus bertanya pada Qian perihal pemuda sinting ini.
"Kau tak perlu mengurus urusanku! Aku bukan siapa-siapamu. Dan katakan pada ibumu jika aku baik-baik saja tanpa keluarga kalian. Terimakasih telah merawatku selama ini!" ucap Qian dingin. Ia menggamit lengan Zhoumi dan hendak meninggalkan cafe.
"Kau harus pulang bodoh!" desis Kyuhyun. Ia menarik tangan Qian dan membawanya pergi.
"Hey kau bocah tengik!" ucap Zhoumi sambil mengejar Kyuhyun. Pemuda yang dimaksudnya menoleh.
"Hey paman, untuk apa kau menguntit kami?" tanya Kyuhyun.
"Paman? Dasar kau bocah bodoh anak ingusan. Kenapa kau menarik Qian-ku?"
"Qian-mu?" Kyuhyun mengernyitkan dahi. "Qian adalah kekasihku! Kau dengar?" ucap Kyuhyun membuat Zhoumi mematung. Jadi pemuda ini kekasih Qian? Kenapa Qian berbohong padanya jika ia telah memiliki kekasih? Ia menatap Qian yang mulai meneteskan butiran kristal dari matanya. Gadis itu menatap penuh harap ke arahnya. Zhoumi tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya mematung. Meninggalkan Qian yang dibawa pergi oleh Kyuhyun.
Sooyoung dan Changmin hanya diam menatap adegan picisan di hadapan mereka. Meski tatapan itu tak sepenuhnya bertanya akan apa yang terjadi, melainkan siratan buncahan rindu di rongga dada. Changmin memanfaatkan kesempatan. Ia menatap dalam mata Sooyoung sebelum ia tak bisa lagi menatap mata gadis impiannya itu. Sebelum Kyuhyun melarangnya, sebelum Kyuhyun yang memilikinya.
"Aku, merindukanmu..."
Dan Changmin merasa dunia berhenti berputar saat dua kata satu kalimat itu masuk ke dalam lubang telinganya. Membekukan syaraf pusatnya.

~tobecontinue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar